Saturday, March 20, 2010

Aku menggerutu saat menonton Avatar


AVATAR ENTER THE WORLD, demikianlah judul salah satu film terbaru garapan James Cameron, setidaknya hingga akhir desember 2009. Semenjak film ini dirilis di berbagai negara, Avatar telah merebut hati jutaan penonton dengan cerita dan cinematografi apik yang membuat penonton berdecak kagum. Akhir desember 2009, film ini mulai diputar di bioskop Indonesia. Beberapa teman yang telah menonton dan bahkan kakakku sendiri memberi acungan jempol untuk film ini dan memasukkannya sebagai film yang wajib ditonton. Versi 3 Dimensinya konon lebih asyik untuk ditonton. Kendatipun harga tiketnya lebih mahal tetapi kepuasan terjamin (heheh). Mendengar kesaksian temanku itu, keinginanku untuk menonton film ini sangat menggebu.
Alhamdulillah, akhir tahun 2009 aku mendapat rejeki yang berlebih, hingga aku berencana untuk mengajak keponakanku Nadila. Tak kusangka, dia menolak ajakanku dan lebih memilih untuk bermain dengan temannya. Akupun mengajak adik bungsuku, ia menolak juga dengan alasan banyak janji yang harus ditepati. Betapa ruginya mereka ..(ckckck). Liburan tahun baru yang tadinya aku pikir dapat aku lewati salah satunya dengan menonton Avatar, aku habiskan semuanya dengan berada di rumah.
Hingga weekend ke-2 Januari 2010, akhirnya aku dapat berada di dalam teater, tepat berada di posisi yang pas yaitu baris C kursi no. 9, sendiri. Kulihat di samping kananku sepasang muda-mudi yang "sepertinya" berpacaran, sedangkan disamping kiriku dua orang remaja putri yang barangkali mempunyai hubungan pertemanan atau saudara. Saat film dimulai, perhatian mulai aku fokuskan ke layar. Film ini sudah membuatku penasaran mulai pembukaan, yaitu saat Jack Sully menceritakan keberadaannya di sebuah tempat pelatihan sebagai pengganti saudara kembarnya yang seorang ilmuwan dan meninggal dalam sebuah penelitian.
Penelitian tersebut mengenai sebuah Planet bernama Pandora, yang dihuni oleh satu suku yang bernama Na'vi. Berdasarkan dugaan para ilmuwan, tanah dan vegetasi di planet tersebut mengandung suatu unsur yang berguna dalam proses komunikasi. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai unsur tersebut, para ilmuwan berencana menggali informasi dari suku Na'vi. Mereka membuat strategi pembauran dengan suku Na'vi. Mereka membuat sebuah Avatar yang mirip dengan suku Na'vi agar dapat berinteraksi dengan leluasa. Kematian saudara kembar Jack Sully membuat penelitian menjadi terhambat. Akhirnya para ilmuwan menarik Jack Sully, seorang tentara yang tidak bertugas karena mengalami cacat, sebagai pengganti saudara kembarnya, mengingat kesamaan DNA dan kemiripan ciri-ciri fisik dan kimiawi yang ia miliki dapat menghidupkan lagi avatar saudara kembarnya.
Awalnya Jack Sully tidak terlalu bersemangat dalam latihan penguasaan avatar maupun saat ia mulai mengoperasikan avatarnya di Planet Pandora. Hingga suatu saat ia bertemu dengan perempuan suku Na'vi bernama Naytiri. Naytiri mengajak Jack mengenali tempat-tempat dan hal ihwal mengenai Planet Pandora. Tentang pohon-pohon yang dapat mengalunkan nyanyian, dedaunan yang dapat menguncup daunnya saat mengalami satu kejutan, atau kendaraan semacam naga terbang yang bernama Banshee. Sedang asyiknya menonton scene tersebut, aku sedikit terganggu. Aku mendengar sang lelaki yang berada di sebelah kananku tak lepas mengoceh. Ia menirukan suara-suara yang kemudian muncul di tayangan tersebut. Rupanya ini adalah kali kesekiannya si pemuda menonton avatar. Sesekali ia memberitahu perempuan yang barangkali "pacar" nya akan scene yang akan muncul berikutnya. What a noisy and annoying boy!!! Tidakkah si perempuan merasa terganggu? Kalau aku yang jelas sangat terganggu, sampai-sampai aku membayangkan bagaimana jikalau pemuda itu duduk di sebelahku diam menonton dalam keadaan mulut ber-lakban. Haha.. Kenyataannya, aku hanya menggerutu dalam hati.
Cerita berkembang hingga Jack Sully belajar mengendarai Banshee. Kutipan yang aku ingat diteriakan Naytiri "Make a bond
!" , memberitahu Jack untuk mengulurkan ekor avatarnya agar ditautkan ke dalam telinga Banshee. Ikatan tersebut membuat sang hewan menjadi jinak dan dapat dikendarai. Mulai saat itulah Jack menikmati petualangannya di Planet Pandora. Ia dengan hewan tunggangannya terbang dan menukik dengan lincahnya. Mendebarkan, dan kupikir ini bukan sebuah lelucon. Makanya, aku heran ketika dua orang remaja putri yang berada di sampingku tertawa-tawa saat melihat adegan Jack Sully terbang dengan Banshee. " Hallo...It's a Sad Story.. seperti yang dikatakan Naytiri, kenapa kalian berdua tertawa-tawa" demikian aku menggerutu dalam hati.
Memang ini adalah cerita sedih pada bagian akhir, ketika ada tokoh orang yang rakus ingin menguasai unobtonium yang ada di Planet Pandora. Dalam cerita tersebut, Unobtonium adalah sejenis bahan tambang yang dapat digunakan sebagai sumber energi di Bumi. Nilainya mahal hingga dapat menghasilkan uang milyaran dollar bagi penjualnya. Unobtonium ini berada tepat di kawasan tempat tinggal suku Na'vi. Demi mendapatkan Unobtonium, Si Rakus dan anak buahnya menggusur dan mengusir orang-orang Na'vi dari tempat tinggal mereka dengan menggunakan alat-alat berat dan senjata yang lengkap. 
Hal yang paling menyedihkan adalah bahwa ini tidak hanya terjadi di Planet Pandora, melainkan terjadi juga di Bumi tempat kita tinggal dan ini nyata.. Cerita sedih tentang pohon-pohon penghasil oksigen yang ditumbangkan dan diganti dengan gedung-gedung tinggi tanpa ada pohon-pohon pengganti. Cerita sedih tentang rakyat kecil yang merelakan tempat tinggalnya digusur demi sebuah alasan tidak sesuai dengan tata kota yang sepertinya akan berubah terus bergantung penguasa saat itu. Cerita sedih kawasan bekas tambang timah Belitong yang ditinggalkan terbengkalai saat isinya telah dikuras habis. Dan cerita sedih tentang aku yang hanya dapat berdiam diri dan belum dapat berbuat banyak akan timbunan sampah yang belum dapat diminimalisasi di kotaku sendiri. Ini benar-benar cerita sedih, dan aku hanya dapat menggerutu dalam hati..

 

No comments: