Apa yang biasanya kita pilih untuk menu sarapan? Setiap orang memunyai menu sarapan favorit yang berbeda tentunya.
Tipe menu sarapan pastinya yang simpel alias tidak terlalu susah untuk membuatnya, dikarenakan waktu untuk bersiap di pagi hari sebelum beraktivitas merupakan waktu yang sangat singkat.
Meskipun simpel, menu sarapan hendaknya bergizi tinggi dengan kandungan karbohidrat yang paling banyak. Jumlah kandungan karbohidrat dalam sarapan kita dapat membuat kita bertenaga selama menjalani aktifitas dari pagi hingga siang hari.
Ada yang membuat nasi goreng, ada yang sarapan paginya dengan roti dan telur dadar, ada juga yang membeli dari pedagang yang lewat . Seperti nasi kuning, nasi uduk, atau pun bubur ayam.
Minggu pagi dua hari yang lalu, aku sendiri membeli nasi kuning dan bubur ayam untuk sarapan keluargaku di rumah. Kita di rumah sudah punya langganan penjual nasi kuning. Kita memanggilnya Mamah Enok. Beliau ini sudah kurang lebih dua puluh tahun berjualan nasi kuning. Ibu 5 anak ini telah dikaruniai beberapa cucu, sementara suaminya sudah lama meninggal. Ia berjualan nasi kuning dibantu oleh anak bungsu dan menantunya.
Pagi itu selain nasi kuning dan bubur ayam, aku juga memesan panganan lain seperti bala-bala dan ulen. Karena kedua panganan ini paling enak dimakan hangat-hangat, Iin anak bungsu Mamah Enok menggorengnya mendadak. Sehingga, pagi itu aku lalui dengan menunggui Iin yang sedang menggoreng bala-bala dan ulen sambil mengobrol dengannya. Sementara Mamah dan Lia- sang menantu- melayani pembeli yang lain.
Keseharian Iin selain membantu ibunya pagi hari untuk berjualan, ia aktif di organisasi PKK dan diandalkan oleh Ibu istri Kepala Desa kami untuk menjalankan beberapa program yang berkaitan dengan masalah kesejahteraan keluarga.
Kegiatan terakhirnya membantu survey salah satu lembaga luar yang bernama Helen Keller. Lembaga ini melakukan survey penelitian pada beberapa balita di daerah Bandung Selatan secara acak. Kebetulan, keponakannya yang bernama Akeda Qolby Bill Imani yang sering dipanggil Abil menjadi salah seorang yang di-survey. O iya nama panjang Abil itu adalah nama hasil pemikiran aku dan kakakku. J (Narsisnyaaa…wkwkwkwk) .
Abil ini cucu Mamah dari anak ke-3 nya yang menikah dengan Lia. Dengan kata lain, Abil ini anaknya Lia yang sering membantu Mamah berjualan. Selama anak bungsunya itu masih terlelap, Lia dapat membantu Mamah berjualan dengan santai. Saat aku dan Iin bercerita tentang Abil yang menjadi objek survey lembaga Helen Keller, Abil masih terlelap dalam tidur.
Namun, tak lama berselang, ia berteriak memanggil-manggil mamanya dari dalam rumah dengan "Mah…Ocom… Iwil.." . Mendengar Abil berteriak aku sedikit tertawa, padahal aku sama sekali tidak tahu apa yang dimaksud dengan Ocom Iwil. Mungkin karena terasa geli saja mendengarnya.
Aku bertanya apa itu Ocom –Iwil. Iin bilang dia ingin makan roti dan susu. "Apa hubungannya roti-susu dengan ocom iwil, nyambung saja enggak?" Demikian aku tanyakan kepada Iin. Iin kemudian menjelaskan, kalau yang dimaksud Abil itu adalah
"Clom Giriwil", atau roti yang dimakan dengan cara mencelupkan roti terlebih dahulu ke dalam susu. Clom dari kata anclom yang dalam bahasa sunda berarti mencelupkan, sedangkan Giriwil itu satu istilah dalam bahasa sunda untuk menggambarkan keadaan untuk sesuatu yang baru muncul karena baru diangkat.
Clom Giriwil barangkali tidak berbeda jauh dengan cara makan biskuit ala Riza, diputar ,dijilat,dicelupin. Mendengar penjelasan Iin, aku langsung tertawa terbahak-bahak. Ada-ada saja istilahnya. Rupanya Abil ini juga ingin sarapan pagi itu dengan menu favoritnya. Hahaha
Barangkali, Anda bisa menambahkan Ocom Iwil ala Abil ini menjadi salah satu alternatif menu sarapan di pagi hari?